Beranda | Artikel
Mukaddimah Kitab At-Tibyaan fi Syarh Akhlaq Hamalatil Quran (Akhlak dan Adab Pengemban Al-Quran)
Senin, 3 Februari 2020

Bersama Pemateri :
Syaikh `Abdurrazzaq bin `Abdil Muhsin Al-Badr

Mukaddimah Kitab At-Tibyaan fi Syarh Akhlaq Hamalatil Qur’an (Akhlak dan Adab Pengemban Al-Qur’an) adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab التبيان في شرح أخلاق حملة القرآن (At-Tibyaan fi Syarh Akhlaq Hamalatil Qur’an). Pembahasan ini disampaikan oleh Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr pada 23 Jumadal Awwal 1441 H / 19 Januari 2020 M.

Kajian Islam Ilmiah Tentang Mukaddimah Kitab At-Tibyaan fi Syarh Akhlaq Hamalatil Qur’an (Akhlak dan Adab Pengemban Al-Qur’an)

Ketahuilah bahwa kitab Akhlaq Hamalatil Qur’an (akhlak dan adab pengemban Al-Qur’an) yang ditulis oleh Imam Abu Bakr Muhammad bin Al-Husein Al-Ajurri Rahimahullah yang wafat tahun 360 Hijriyah adalah kitab yang penuh manfaat yang membahas tentang adab-adab pengemban Kitabullah ‘Azza wa Jalla, juga akhlak-akhlak mereka yang dianggap atau disebut bahwasanya kitab ini adalah kitab yang pertama yang ditulis dalam bab yang sangat agung ini yang diimla’kan oleh beliau Rahimahullah di Masjidil Haram, di Mekah tahun 354 Hijriyah. Yaitu 6 tahun sebelum beliau wafat.

Dan kita ketahui semua bahwasanya Al-Qur’an adalah kitab akhlak, kitab adab dan kitab tarbiyah. Oleh karena itu wajib bagi pengemban Al-Qur’an untuk menjaga adab-adab Al-Qur’an dan berusaha bermujahadah (bersungguh-sungguh) untuk berakhlak dengan akhlak Al-Qur’an supaya mereka betul-betul menjadi ahlul qur’an yang sejati.

Dan Ummul Mukminin ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha -istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam- pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, maka beliau menjawab:

أَلَسْتَ تَقْرَأُ الْقُرْآنَ؟

“Tidakkah engkau membaca Al-Qur’an?”

فَإِنَّ خُلُقَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ الْقُرْآنُ

“Karena sesungguhnya akhlak Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah sama dengan apa yang tertera dalam Al-Qur’an.” (HR. Muslim)

Dan ini adalah bab yang sangat mulia. Yaitu ilmu yang seharusnya kita berusaha dan bersemangat untuk mempelajarinya. Karena apabila manusia sekedar membaca Al-Qur’an, tidak akan nampak pada diri mereka akhlak dan amal-amal Al-Qur’an. Namun jika mereka membaca Al-Qur’an, berusaha mentadabburinya, memahaminya dan berusaha mengamalkan isi dari Al-Qur’an, maka akan nampak petunjuk-petunjuk Al-Qur’an dalam diri mereka. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

إِنَّ هَـٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”

Maka petunjuk-petunjuk yang penuh berkah ini akan nampak pada diri seorang hamba jika mereka berusaha beradab dengan adab-adab Al-Qur’an, berusaha berakhlak dengan akhlak-akhlak Al-Qur’an yang sangat agung yang diserukan dalam kitab ini yang mana petunjuk-petunjuk tersebut adalah petunjuk-petunjuk yang sangat-sangat agung.

Maka Imam Al-Ajurri Rahimahullah menulis kitab yang agung dan penuh berkah ini yang seharusnya seluruh pengembangan Al-Qur’an secara khusus diharapkan untuk membaca kitab ini dengan secara detail, secara pelan-pelan, agar mereka bisa memahami apa yang dikandung oleh kitab ini yang mana kandungannya sangat banyak sekali dan faedahnya sangat mulia.

Demikian juga selain pengemban Al-Qur’an dan selain penghafal Al-Qur’an, jika mereka membaca kitab ini ia akan mendapatkan manfaat, meluruskan jalannya dan bisa jadi kitab ini justru menjadi penyebab ia semakin perhatian untuk membaca kitabullah dan untuk menempuh jalan yang lurus.

Kemudian kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semoga kita bisa mengambil manfaat dari apa yang dikandung oleh kitab ini dari bimbingan-bimbingan yang sangat agung, adab-adab yang sangat mulia, akhlak-akhlak yang sangat tinggi dan semoga apa yang kita pelajari menjadi pemberat timbangan kebaikan kita di akhirat nanti dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memudahkan beliau untuk menulis penjelasan dan catatan-catatan yang singkat untuk kitab ini. Beliau berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semoga kita bisa mengambil manfaat dari kitab ini dan hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita memohon taufiq dan pertolonganNya.

Berkata Imam Al-Ajurri Rahimahullah:

“Perkataan yang paling baik yang kita buka dengannya ucapan adalah pujian kepada Tuhan Yang Maha Mulia, dan sebaik-baik pujian yaitu apa yang Allah puji dengannya diriNya. Maka kita pun memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dengannya.

الْحَمْدُ لِلَّـهِ الَّذِي أَنزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَل لَّهُ عِوَجًا ۜ ﴿١﴾ قَيِّمًا لِّيُنذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِّن لَّدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا ﴿٢﴾ مَّاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا ﴿٣﴾

“Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya Al-Qur’an dan tidak menjadikan di dalamnya kebengkokan. Kitab ini adalah kitab yang lurus untuk memberi peringatan dari adzab yang sangat pedih dari sisiNya dan pemberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman yang melaksanakan amal shalih bahwasanya bagi mereka pahala yang baik yang mereka tinggal dan kekal di sana selama-lamanya.”

Berkata Syaikh hafidzahullah:

Penulis kitab ini Al-Imam Al-Ajurri Rahimahullah memulai dengan pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan sebaik-baik kita memulai perkataan yaitu dengan memuji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena Allah memulai kitabNya dengan pujian dan Allah juga memulai beberapa surat Al-Qur’an dengan pujian.

Perkataan Imam Al-Ajurri Rahimahullah, “Maka kita pun memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dengannya.” Yaitu dengan pujian yang Allah puji diriNya dalam kitabNya. Dan ketika pembahasan kitab ini adalah tentang adab-adab pengemban Al-Qur’an, tentang akhlak-akhlak pengemban Al-Qur’an, maka sangat sesuai apabila kita mulai dengan pujian kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas karuniaNya yang sangat besar, atas nikmatNya yang sangat banyak, yang telah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mana Al-Qur’an ini mengandung petunjuk kepada seluruh manusia, mengandung kebaikan dan keselamatan untuk mereka. Dan ini adalah sebesar-besar nikmat secara mutlak.

Adapun yang dimaksud dengan بعبده (hambaNya) yaitu Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan dia adalah Rasul yang terakhir dan penutup para Nabi.

Adapun yang dimaksud dengan Al-kitab yaitu Al-Qur’an. Dan Al-Qur’an adalah penutup kitab-kitab yang diturunkan dan kitab yang paling terakhir yang turun dari Allah ‘Azza wa Jalla. Dan Al-Qur’an adalah kitab yang paling mulia, paling agung dan paling utama.

Dan Allah ‘Azza wa Jalla mensifati kitab ini dengan dua sifat; yaitu Allah tidak menjadikan padanya kebengkokan dan bahwasanya kitab ini adalah kitab yang qayyim (kitab yang lurus).

Adapun sifat bahwasannya Allah tidak menjadikan padanya kebengkokan yaitu bahwasanya kabar-kabarnya tidak ada kebohongan di dalamnya, juga perintah-perintah Al-Qur’an tidak kedzaliman padanya. Karena kitab ini tidak ada kebengkokan padanya, maka tidak ada kedustaan dalam kabar-kabarnya, juga tidak ada kedzaliman dalam perintah-perintahnya.

Adapun arti dari qayyim,  yaitu lurus. Kabar-kabarnya adalah kabar-kabar dan berita-berita yang baik yang menghantarkan seorang hamba kepada seluruh kebaikan. Dan perintah-perintahnya adalah perintah-perintah kebaikan dan kesucian yang mengantarkan seorang hamba kepada derajat yang tinggi dan tingkatan dan kedudukan yang agung. Juga petunjuk-petunjuk Al-Qur’an adalah jalan yang lurus yang menghantarkan seorang hamba yang berpegang teguh dengannya kepada surga yang penuh dengan kenikmatan.

Firman Allah ‘Azza wa Jalla, “Kitab ini adalah kitab yang lurus untuk memperingatkan manusia dari adzab yang pedih dari sisiNya dan memberi kabar gembira bagi orang-orang yang beriman.” Maka kitab Al-Qur’an adalah kitab pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira. Peringatan bagi orang yang bermaksiat, berpaling, sombong, mengingkari dan menentang. Mereka diperingati dari adzab yang sangat pedih yang Allah siapkan bagi orang-orang yang berpaling, yang menentang, menyombongkan diri dan berbuat kedzaliman.

Adapun kabar gembira yaitu bagi orang yang Allah beri taufik kepada mereka untuk mengimani Al-Qur’an dan menjalankan apa yang Allah perintahkan di dalamnya, juga mentaati Allah ‘Azza wa Jalla, beribadah kepadaNya dengan melakukan amal-amal yang shalih.

الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا ﴿٢﴾ مَّاكِثِينَ فِيهِ أَبَدًا ﴿٣﴾

Yaitu orang-orang yang mengerjakan amal shalih, bahwasanya bagi mereka pahala yang baik, mereka akan kekal di sana selama-lamanya.”

Yaitu pahala tersebut adalah surga dan keberhasilan mendapatkan keridhaan Allah ‘Azza wa Jalla, mereka kekal di dalam kenikmatan tersebut selama-lamanya.

Kemudian Imam Al-Ajurri Rahimahullah mengatakan:

الْحَمْدُ لِلَّـهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ ۚ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ ﴿١﴾ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا ۚ وَهُوَ الرَّحِيمُ الْغَفُورُ ﴿٢﴾

Ini adalah permulaan dari surat Saba’.

Segala puji bagi Allah yang milikNya apa yang ada di langit dan di bumi, milikNya pujian di akhirat dan Dia Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Dia mengetahui apa yang masuk ke bumi dan apa yang keluar darinya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya, dan Dia Maha Penyayang lagi Maha Pengampun.” (QS. Saba[34]: 1-2)

Firman Allah, “Segala puji bagi Allah yang milikNya apa yang ada di langit dan di bumi.” Yaitu milik Allah Subhanahu wa Ta’ala segala yang ada di langit dan di bumi. Semuanya adalah hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala, dibawah pengaturan dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak ada seorangpun yang bisa keluar dari aturan Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Allah Maha Pengatur dan Dialah yang menundukkan segala sesuatu, tidak ada sekutu bagiNya.

Firman Allah, “Dan milikNya pujian di akhirat.” Allah mengkhususkan pujian di akhirat. Padahal pujian untuk Allah di dunia dan di akhirat. Karena pada akhirat nanti akan nampak pujian hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak seperti ketika di dunia.

Firman Allah “Dan Allah Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” Yaitu semua perbuatan-perbuatan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah dibangun diatas hikmah (kebijaksanaan), Allah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Dan “Maha Mengetahui.” Yaitu Maha Mengetahui apa yang tidak nampak dan tersembunyi sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala melihat yang nampak dan diumumkan.

Firman Allah, “Allah mengetahui apa yang masuk ke bumi, apa yang keluar darinya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya.” Ini menunjukkan Allah Subhanahu wa Ta’ala ilmunya meliputi segala sesuatu. Ilmu Allah Maha Luas. Sebagaimana firman Allah ‘Azza wa Jalla:

أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

Ilmu Allah meliputi segala sesuatu.” (QS. At-Talaq[65]: 12)

Juga firman Allah:

وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ عِلْمًا

Allah mengetahui segala sesuatu.” (QS. Thaha[20]: 98)

Maka firman Allah, “Allah mengetahui apa yang masuk ke bumi.” Yaitu dari biji-bijian yang ditanam, dari manusia yang dikuburkan dan selainnya. Tidak ada yang tersembunyi dari ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Firman Allah, “Dan Allah mengetahui apa yang keluar darinya.” Yang keluar dari bumi dari buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan, juga air dan selainnya.

Firman Allah, “Dan apa yang turun dari langit.” Yaitu apa yang turun dari langit dari hujan atau Malaikat.

Adapun firman Allah, “Dan apa yang naik ke langit.” Seperti naiknya para Malaikat, juga naiknya perkataan-perkataan yang baik dari dzikir-dzikir yang baik, juga amalan-amalan yang baik.

Firman Allah , “Dan Allah Maha Penyayang lagi Maha Pengampun.” Allah menutup ayat ini dengan dua nama yang mulia yang menunjukkan rahmat (kasih sayang) dan maghfirah (ampunan) Allah Subhanahu wa Ta’ala yang melibatkan dua sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala karena Allah mengampuni seluruh dosa dan Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Penyayang bagi orang-orang yang beriman.

Kemudian Imam Al-Ajurri Rahimahullah mengatakan, “Aku memuji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas nikmatNya yang abadi, juga terus menerus pujian yang mengetahui bahwasanya Tuhannya yang Maha Mulia telah mengajarkannya apa yang sebelumnya dia tidak ketahui.”

“Aku memuji kepada Allah atas kebaikanNya yang abadi.” Karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla kebaikannya adalah kebaikan yang abadi, yang terus-menerus, tidak terputus. Allah bersifat dengan sifat ihsan (sifat yang baik). Dan yang dimaksud dengan ihsan di sini bukanlah orang yang mendapatkan kebaikan. Akan tetapi yang dimaksud di sini adalah Allah mempunyai sifat ihsan. Yang mana sifat itu terus menerus ada pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sama dengan sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam do’a:

أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ، وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ، وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ، مِنْ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

“Aku berlindung diri kepada Allah yang Maha Agung dengan wajahNya yang mulia, dengan kekuasaanNya yang abadi, dari setan yang terkutuk.” (HR. Abu Dawud)

Simak penjelasan lengkapnya pada menit ke-26:49

Downlod MP3 Ceramah Agama Tentang Mukaddimah Kitab At-Tibyaan fi Syarh Akhlaq Hamalatil Qur’an (Akhlak dan Adab Pengemban Al-Qur’an)


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/48150-mukaddimah-kitab-at-tibyaan-fi-syarh-akhlaq-hamalatil-quran-akhlak-dan-adab-pengemban-al-quran/